Metallurgi

Posted by Blogger Koetai Tuesday, 30 March 2010 0 comments
Teknik Metalurgi adalah bidang ilmu yang menggunakan prinsip-prinsip keilmuan fisika, matematika dan kimia serta proses enjiniring untuk menjelaskan secara terperinci dan mendalam fenomena-fenomena proses pengolahan mineral (termasuk pengolahan batubara), proses ekstraksi logam dan pembuatan paduan, hubungan perilaku sifat mekanik logam dengan strukturnya, fenomena-fenomena proses penguatan logam serta fenomena-fenomena kegagalan dan degradasi logam. Ketiga ilmu dasar sains digunakan dalam mengembangkan tiga sektor dasar dalam Body Knowledge Metalurgi yang meliputi Metalurgi Kimia, Metalurgi Fisika dan Engenering Proses.

Lingkup bidang metalurgi ini sedemikian luas, dimulai dari pengolahan bahan galian, ekstraksi logam dan pemurniannya, pembentukan dan perlakuan panas logam, teknologi perancangan dan pengoperasian sistem-sistem metalurgi hingga fenomena kegagalan struktur logam akibat beban mekanik dan degradasi logam akibat berinteraksi dengan lingkungannya termasuk pengendaliannya, serta teknologi daur ulang. 
 
Metalurgi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi:
  1. Pengolahan mineral (mineral dressing)
  2. Ekstraksi logam dari konsentrat mineral (extractive metallurgy)
  3. Proses produksi logam (mechanical metallurgy)
  4. Perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy)


Referensi : Bahan Kuliah
                    Wikipedia

Baca Selengkapnya ....

Melange

Posted by Blogger Koetai Monday, 29 March 2010 0 comments
Melange merupakan kelompok campuran batuan Pra Tersier dari berbagai jenis dan umur batuan yang berbeda – beda (berkisar antara 120 – 65 jt th), yang telah mengalami proses deformasi (ubahan) baik pada struktur maupun komposisinya. Kelompok batuan yang disebut tektonik mélange terdiri atas percampuran dari berbagai satuan batuan dengan hubungan struktur dan stratigrafi yang tidak koheren, terdiri dari fragmen atau blok batuan ofiolitik, batuan metamorfik derajat rendah dan  metasedimen yang tercampur dalam massa dasar lempung yang tergerus (pervasively sheared). Kenampakan rekahan gerus dengan permukaan berupa cermin sesar (slickenside), blok batuan exotic dan native berukuran dari ratusan meter hingga dapat dipetakan, mengambang dalam massa dasar yang lebih halus, yakni terdiri dari lempung abu – abu gelap hitam yang mempunyai sifat tergerus.



Batuan penyusun mélange umumnya terdeformasi secara intensif dari berbagai kejadian, fasies dan umur yang tersingkap berulang dan berubah secara tiba – tiba pada jarak yang relatif dekat. Adanya gejala tumbukan lempeng litosfer menyebabkan terbentuknya kelompok tatanan geologi yang kompleks dan menghasilkan percampuran kelompok batuan tersebut.


Referensi : Geologi Indonesia

Baca Selengkapnya ....

Batuan Metamorf

Posted by Blogger Koetai Sunday, 28 March 2010 0 comments
Defenisi 
Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Hasil akhir dari proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf.



Komposisi mineral
    Mineral-mineral penyusun batuan metamorf dapat dibedakan menjadi mineral-mineral yang :
  1. Mineral yang berbentuk kubus: kuarsa, feldsfar,kalsit, garnet dan piroksin.
  2. Berbentuk bukan kubus : mika, klorit, amfibol (hornblende), hematit, grafit dan talk.Susunan mineral (fabrik
    Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik dapat dibedakan menjadi :
  1. Isotropik : susunan butir ke segala arah tampak sama.
  2. Anisotropik : kenampakan susunan butir mineral tidak sama ke segala arah.
Tekstur
    Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi :
  1. Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
  2. Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.    
Struktur
    Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga :
  1. Granular : bila butir-butiran minerla yang berhubungan saling mengunci (inter locking).
  2. Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan subparalel.
  3. Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan penjajaran pada batuan, seperti genggaman pensil.
Di alam, batuan yang hanya mempunyai struktur lineasi sangat jarang, dan sebagian besar selain berlineasi juga berfoliasi. Foliasi mungkin tidak teratur, melengkung atau terlipat bila terdeformasi.


Baca Selengkapnya ....

Diferensiasi Magma

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersuhu antara 9000 - 11000 C dan berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (Vide F.F.Grouts, 1947 : turner & Verheogan, 1960 : H.Williams, 1962).

Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral tersebut tidak terbentuk bersamaan karena tergantung pada fasa silikat dengan kondisi tertentu. Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur dan kondisi tertentu.
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally, 1933 : Winkler Vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat dirubah menjadi magma dengan sifat yang lain, oleh proses-proses yang disebut :

  • Hibridisasi : ialah pembentukan magma baru, karena pencampuran dua magma yang berlainan jenisnya.
  • Sinteksis : ialah proses pembantukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
  • Anateksis : ialah pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
    yang sangat besar.Dari magma dengan kondisi tertentu ini, selanjutnya mengalami diperensiasi magnetik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar menjadi batuan beku denagn komposisi yang berfariasi (W.T. Huang, 1962).
Proses-proses tersebut antara lain :
  • Fraksinasi : ialah pemisahan kristal dari larutan pada waktu terjadi pendinginan magma atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma tida dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru. Proses fraksinasi ini merupakan proses diferensiasi yang paling utama.
  • Gravitational Settling : ialah pengendapan kristal-kristal oleh gaya gravitasi, sehingga mineral yang berat akan memperkaya bagian dasarnya (waduk magma) dan posisinya berada dibawah mineral yang lebih ringan.
  • Liquid Immissibility : ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan tekanan tinggi, pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksi larutan yang masing-masing membeku membentuk batuan yang heterogen.



Komposisi
Pada batuan beku mineral sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
Mineral – mineral felsik ; tersusun atas silica dan alumina, umumnya berwarna cerah. Mineral tersebut antara lain :  - Kwarsa         - Plagioklas
                   - Ortoklas        - Muskovit
Mineral – mineral mafik ; tersusun atas unsur – unsur besi magnesium kalsium, umumnya mineral - mineral ini berwarna gelap.
Mineral tersebut antara lain :   - olivine                - Piroksen
                                             - hornblende         - Biotit


Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif (membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (membeku dipermukaan bumi). Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Batuan beku volkanik.
Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku dipermukaan atau dekat dengan permukaan bumi.

2. Batuan beku hipabisal.
Biasanya mempunyai kristal – kristal yang berukuran sedang atau percampuran antara kasar dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi.

3. Batuan beku plutonik.
Biasanya mempunyai kristal – kristal yang berukuran kasar, karena membeku jauh di dalam permukaan bumi.
Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya . Batuan beku volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik instrusif, batuan beku ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan fragmental dan batuan volkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava.

Di Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang bertekstur fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan dengan klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non fragmental.
Referensi: Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Terbentuknya Batubara

Posted by Blogger Koetai Saturday, 27 March 2010 0 comments
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan  (coalification).Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).




Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.

Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.


Referensi : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Batuan Sedimen Non Klastik

Posted by Blogger Koetai Friday, 26 March 2010 0 comments
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik.

Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

B. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.


D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.




E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan – batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.



F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh – tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )



Referensi: Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Batuan Sedimen Klastik

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses proses – proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.
Proses diagenesa antara lain :
A. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

B. Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

C. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.

E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal.


Referensi : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Batuan Beku

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.

Batuan Beku Dalam 
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik. 
  1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.  
  2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
  3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
  4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit
  •  Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
  •  Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. 
  • Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. 

Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya. Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik. 



Klasifikasi Batuan Beku
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan krsitalisasinya. Tekstur Batuan Beku Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah: 
  1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf) 
  2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus à hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
  3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
  4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut massa dasar.

Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:



Referensi: Kuningtelorasin

Baca Selengkapnya ....

Batuan Sediment

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
( Pettjohn, 1975 )

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan – batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.

Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam :

1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.

2. Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.


Sifat – sifat utama batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir – butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.


Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan – batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1 kilometer.
Total volume dan massa dari batuan – batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda – beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata – rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik.
( Danang Endarto, 2005 )



Referensi : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Harapan Pelanggan

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Menurut Olson dan Dover (dalam Zeithaml et al, 1993) harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk (barang atau jasa). Harapan pelanggan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 

1. Enduring Service Intensifiers.
    Faktor ini merupakan faktor yang bersifat stabil dan mendorong pelanggan untuk meningkatkan sensitivitas terhadap jasa. Faktor ini merupakan harapan yang disebabkan oleh orang lain dan filosofi pribadi seseorang mengenai jasa. Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia seharusnya juga dilayani dengan baik apabila pelanggan lainnya dilayani dengan baik oleh penyedia jasa.

2. Personal Need
   Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahterahannya juga sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, social dan psikologis.

3. Transitory Services Intensifiers
   Faktor ini merupakan faktor individual yang bersifat sementara (jangka pendek) yang meningkatkan sensitivitas pelanggan terhadap factor jasa. Factor ini meliputi 
  • Situasi darurat pada saat pelanggan sangat membutuhkan jasa dan ingin penyedia jasa dapat membantunya. dan
  • Jasa terakhir yang dikonsumsi pelanggan dapat pula menjadi acuannya untuk menentukan baik buruknya jasa berikutnya.

4. Perceived Service Alternatives
   Perceived Service Alternatives merupakan persepsi pelanggan terhadap tingkat atau derajat pelayanan perusahaan lain yang sejenis. Jika konsumen memiliki alternatif, maka harapannya terdapat suatu jasa cenderung akan semakin besar.

5. Self-Perceived Service Role
    Faktor ini adalah persepsi pelanggan tentang tingkat atau derajat keterlibatannya dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Apabila konsumen terlibat dalam proses penyampaian jasa dan jasa yang terjadi ternyata tidak begitu baik, maka pelanggannya tidak bisa menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada penyedia Jasa.

6. Situasional Faktors
    Faktor situasional terdiri atas segala kemungkinan yang bisa mempengaruhi kinerja jasa, yang berada diluar kendali penyedia jasa.

7. Explisit Service Promise
   Faktor ini merupakan pernyataan (secara personal maupun non-personal) oleh organisasi tentang jasanya kepada pelanggan. Janji bisa berupa iklan, personal selling, perjanjian, atau komunikasi dengan karyawan organisasi tersebut.

8.  Implisit Service Promise
     Faktor ini menyangkut petunjuk yang berkaitan dengan jasa, yang memberikan kesimpulan bagi pelanggan tentang jasa yang bagaimana yang seharusnya dan yang akan diberikan. Petunjuk yang memberikan gambaran jasa ini meliputi biaya untuk memperolehnya (harga) dan alat-alat pendukung jasanya. Pelanggan biasanya menghubungkan harga dan peralatan (tangible assets) pendukung jasanya dengan kualitas jasanya.

9. Word-of-Mouth (Rekomendasi/saran orang lain)
    Word-of-Mouth merupakan pernyataan (secara personal atau non-personal) yang disampaikan oleh orang lain di luar organisasi penyedia jasa (service yang disampaikan oleh orang lain di luar organisasi penyedia jasa (service provider)kepada pelanggan. Word-of-Mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayainya, seperti para pakar, teman, keluarga dan publikasi media masa.

10.  Past Experience
       Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui pelanggan dari yang pernah diterimanya di masa lalu. Harapan pelanggan dari waktu ke waktu berkembang, seiring dengan semakin banyaknya informasi (nonexperimental information) yang diterima pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman.


Referensi : Jurnal Vol. 1 Oleh Albertur Widiyanto

Baca Selengkapnya ....

Identifikasi Fasies Gunung Api Berdasarkan Petrologi - Geokimia

Posted by Blogger Koetai Thursday, 25 March 2010 0 comments
Berdasarkan pandangan geologi sedimenter selama ini (Bronto drr., 2004a) terdapat dua proses yang berbeda dan pada umur yang berbeda pula. Proses pertama adalah sedimentasi batuan gunung api di dalam suatu cekungan pengendapan, dimana sumber asal batuan tidak diketahui atau tidak dipersoalkan. Proses kedua adalah pembentukan magma di bawah cekungan pengendapan tersebut yang bergerak ke atas, sehingga menerobos perlapisan batuan sedimen gunung api di atasnya. Apabila hal  ini yang terjadi maka secara petrologi-geokimia batuan sedimen gunung api dapat berbeda dengan batuan beku yang menerobosnya. Selain itu, batuan sedimen gunung api berumur lebih tua daripada batuan beku terobosan.

Sebaliknya, mengacu pada pandangan geologi gunung api, batuan ekstrusi dan batuan intrusi merupakan satu kesatuan proses yang terjadi pada lokasi dan umur relatif sama. Oleh sebab itu secara petrologi-geokimia batuan ekstrusi dan intrusi dapat dipandang bersumber dari magma yang sama dan mempunyai afi nitas yang sama pula (co-magmatic atau coherent). Penelitian di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah (Bronto drr., 2004b) menunjukkan bahwa batuan beku intrusi gabro mikro mempunyai komposisi mineral dan kimia yang sama dengan batuan ekstrusi aliran lava basal berstruktur bantal di dekat-nya. Perbedaan hanya pada kehadiran gelas gunung api yang semakin menonjol di dalam lava basal. Hal itu memberikan gambaran bahwa batuan beku intrusi dan ekstrusi tersebut mempunyai afi nitas yang sama sebagai satu kesatuan proses magmatisme dan vulkanisme. Keragaman komposisi sebagai akibat proses diferensiasi, misalnya terbentuk basal, andesit basal, andesit, dan dasit, dapat saja terjadi, tetapi semuanya berasal dari magma induk yang sama (Bronto, 2002). Apabila di dalam dapur magma gunung api terjadi percampuran dua magma yang berbeda sumber, maka hal inipun masih dapat teridentifi kasi baik di dalam batuan intrusi maupun batuan ekstrusi.


Referensi : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Baca Selengkapnya ....

Identifikasi Fasies Gunung Api Berdasarkan Struktur Geologi

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Lereng kerucut gunung api komposit yang semakin terjal ke arah puncak atau semakin landai ke arah kaki disebabkan oleh proses penumpukan bahan erupsi gunung api itu sendiri. Semakin jauh dari sumber erupsi atau kawah tumpukan bahan erupsi semakin tipis sehingga membentuk lereng yang semakin landai. Konsekuensinya, bahan piroklastika yang jatuh bebas akan mengendap mengikuti topografi sebelumnya yang sudah miring. Perlapisan endapan jatuhan piroklastika membentuk jurus secara umum berpola konsentris, sedangkan kemiringannya semakin landai dari fasies proksimal ke arah fasies distal. Pengamatan di lereng atas dan puncak gunung api masa kini, seperti Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur, memperlihatkan bahwa kemiringan awal dapat mencapai 35 derajat. Di Gunung Suroloyo, yang merupakan bagian lereng selatan gunung api purba di fasies distal. Perlapisan batuan gunung api itu mempunyai jurus berpola konsentris mengelilingi fasies pusat gunung api.
Pada saat bergerak ke permukaan, magma mendorong batuan di atas dan di sampingnya sehingga terjadi pengungkitan (tilting). Pengungkitan terbesar terdapat pada daerah puncak/kawah dan lereng atas, kemudian nilainya menurun ke arah lereng bawah dan kaki. Penggembungan lereng gunung api sebagai akibat daya dorong magma ke atas itu disebut inflasi. Sebaliknya, apabila magma mendingin atau membeku sehingga volumenya mengecil, atau magma bergerak kembali ke bawah sehingga lereng gunung api mengkerut, maka deformasi batuan gunung api ini disebut defl asi. Pada saat terjadi inflasi ukuran lingkaran kawah dipaksa membesar dan karena tersusun oleh batuan yang getas maka bibir kawah mengalami pecah-pecah membentuk rekahan berpola radier. Berhubung gerak magma dan erupsi gunung api terjadi berulang-ulang, maka proses inflasi-defl asi juga terjadi berkali-kali. Karena efek gaya berat dan keragaman sifat fi sik batuan, rekahan radier itu dapat berkembang menjadi sesar normal di daerah puncak dan lereng atas. 
Selanjutnya karena kombinasi efek gravitasi dan topografi lereng, blok-blok sesar turun di daerah puncak dan lereng atas dapat melengser membentuk sesar miring (turun-geser) pada lereng bawah. Sementara itu di daerah kaki, efek daya dorong sebagai akibat pelengseran massa batuan yang berasal dari puncak dan lereng jauh lebih kuat dari gaya gravitasi sehingga terbentuk sesar geser. Akhirnya di daerah dataran, daya dorong pelengseran menimbulkan gaya lateral sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya sesar naik dan struktur perlipatan yang berpola konsentris mengelilingi kerucut gunung api (Bronto drr., 2004a)
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada fasies pusat dan fasies proksimal struktur geologi yang berkembang adalah sesar normal berpola radier, di fasies medial terbentuk sesar miring sampai sesar geser yang juga berpola radier. Sementara itu di fasies distal dapat terjadi sesar naik dan struktur perlipatan yang berpola konsentris. Pola struktur geologi yang diperkirakan sebagai akibat proses magmatisme dan volkanisme dapat dicontohkan terjadi di daerah Gunung Ijo, Pegunungan Kulonprogo (Rahardjo drr., 1977) dan kaki utara-timur Gunung Slamet (Djuri drr., 1996).



Referensi : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Baca Selengkapnya ....

Identifikasi Gunung Api Berdasarkan Vulkanologi Fisik

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Secara sedimentologi atau vulkanologi fisik, mulai dari fasies proksimal sampai fasies distal dapat dirunut perubahan secara bertahap mengenai tekstur dan struktur sedimen. Tekstur batuan klastika gunung api menyangkut bentuk butir, ukuran butir, dan kemas. Karena efek abrasi selama proses transportasi maka dari fasies proksimal ke fasies distal bentuk butir berubah mulai dari sangat meruncing -meruncing sampai membundar - sangat membundar. Ukuran butir juga berubah dari fraksi sangat kasar - kasar, sedang sampai dengan halus - sangat halus. Hubungan antara butir fraksi kasar di daerah fasies proksimal pada umumnya membentuk kemas tertutup, tetapi kemudian berubah menjadi kemas terbuka di fasies medial sampai distal.



Struktur sedimen, seperti struktur imbrikasi, silangsiur, antidunes, dan gores-garis sebagai akibat terlanda seruakan piroklastika (pyroclastic surges) juga dapat membantu menentukan arah sumber dan sedimentasi. Secara geometri, struktur aliran piroklastika, aliran lahar serta aliran lava dapat juga mendukung penentuan arah sumber erupsi. Dari pengukuran aliran lava berstruktur bantal di Watuadeg, diketahui sumber erupsinya terletak lk. 200 m di sebelah barat Kali Opak (Bronto & Mulyaningsih, 2001). Endapan aliran gravitasi tersebut biasanya mengalir mengikuti lembah sungai lama, mulai dari daerah puncak sampai lereng bawah, sementara itu dari kaki hingga dataran endapan tersebut dapat menyebar membentuk kipas. Struktur bomb sag sebagai akibat lontaran balistik bom gunung api dan jatuh menyudut (miring) terhadap permukaan tanah pada waktu terjadi letusan dapat juga membantu menentukan arah sumber letusan.





Referensi : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Baca Selengkapnya ....

Identifikasi Fasies Gunung Api Berdasarkan Inderaja Dan Geomorfologi

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Pada umur Kuarter hingga masa kini, bentang alam gunung api komposit sangat mudah diidentifi - kasi karena bentuknya berupa kerucut, di puncaknya terdapat kawah dan secara jelas dapat dipisahkan dengan bagian lereng, kaki, dan dataran di sekitarnya. Dari puncak ke arah kaki, sudut lereng semakin melandai untuk kemudian menjadi dataran di sekitar kerucut gunung api tersebut. Untuk pulau gunung api, bagian puncak dan lereng menyembul di atas muka air laut sedangkan kaki dan dataran berada di bawah muka laut (Gambar 3). Namun berdasarkan penelitian topografi bawah laut, tidak hanya kaki dan dataran di sekeliling pulau gunung api, tetapi juga kerucut gunung api bawah laut dapat diidentifi kasi. Aliran sungai pada kerucut gunung api di darat dan pulau gunung api mempunyai pola memancar dari daerah puncak ke kaki dan dataran di sekitarnya.





Apabila suatu kerucut gunung api di darat atau di atas muka air laut sudah tidak aktif lagi, maka proses geomorfologi yang dominan adalah pelapukan dan erosi, terutama di daerah puncak yang merupakan daerah  imbulan tertinggi. Karena pengaruh litologi yang beragam di daerah puncak, ada yang keras dan ada yang lunak, relief daerah puncak menjadi sangat kasar, tersusun oleh bukit-bukit runcing di antara lembah-lembah sungai yang terjal dan dalam (Gam-bar 4). Sekalipun suatu kerucut gunung api sudah tererosi cukup lanjut, bagian lereng biasanya masih memperlihatkan pola sudut lereng yang melandai ke arah kaki dan berpasang-pasangan menghadap ke arah bekas puncak. Kemiringan lereng bukit yang menghadap ke daerah bekas puncak pada umumnya lebih terjal daripada kemiringan lereng yang menjauhi daerah puncak (Gambar 5). Dari citra landsat (Gambar 6 dan Tabel 1) secara utuh dapat diperlihatkan perbedaaan penampakan bentang alam kerucut gunung api muda dan yang sudah tererosi,baik pada tingkat dewasa maupun lanjut, mulai dari serta dataran (fasies distal).



Urut-urutan Nama Gunung Api di dalam Gambar di atas. Gunung api tersebut pada umumnya berumur Kuarter, kecuali G. Sanggabuwana-Jatiluhur (5-2 Ma; Soeria-Atmadja drr., 1994) dan Soreang (G. Selacau Paseban, 4 Ma; Sunardi dan Koesoemadinata, 1999)



Referensi : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Baca Selengkapnya ....

Identifikasi Fasies Gunung Api Berdasarkan Stratigrafi Batuan

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Fasies sentral merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava dan berbagai macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic intrusions) seperti halnya leher gunung api (volcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut dapat ditemukan pada dinding kawah atau kaldera gunung api masa kini, atau pada gunung api purba yang sudah tererosi lanjut. Selain itu, karena daerah bukaan mulai dari conduit atau diatrema sampai dengan kawah merupakan lokasi terbentuknya fl uida hidrotermal, maka hal itu mengakibatkan terbentuknya batuan ubahan atau bahkan mineralisasi. Apabila erosi di fasies sentral ini sangat lanjut, batuan tua yang mendasari batuan gunung api juga dapat tersingkap.


Fasies proksimal merupakan kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau fasies pusat. Asosiasi batuan pada kerucut gunung api komposit sangat didominasi oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat. Kelompok batuan ini sangat resistan, sehingga biasanya membentuk timbulan tertinggi pada gunung api purba. Pada fasies medial, karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang. Sebagai daerah pengendapan terjauh dari sumber, fasies distal didominasi oleh endapan rombakan gunung api seperti halnya breksi lahar, breksi fluviatil, konglomerat, batupasir, dan batulanau. Endapan primer gunung api di fasies ini umumnya berupa tuf.



Ciri-ciri litologi secara umum tersebut tentunya ada kekecualian apabila terjadi letusan besar sehingga menghasilkan endapan aliran piroklastika atau endapan longsoran gunung api yang melampar jauh dari sumbernya. Pada pulau gunung api ataupun gunung api bawah laut, di dalam fasies distal ini batuan gunung api dapat berselang-seling dengan batuan nongunung api, seperti halnya batuan karbonat. Dari pengamatan di lapangan daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Wonogiri, fasies medial dan fasies distal gunung api purba (Tersier) sudah tertutup oleh batuan karbonat.



Referensi : Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Baca Selengkapnya ....

Kepuasan Pelanggan

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Dalam Era Globalisasi saat ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik pasar domestik (nasional) maupun pasar internasional (global). Untuk memegangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya. Memberikan kepuasan kepada pelanggan merupakan tujuan dari setiap usaha. Hari ini karena konsumen akan memberikan bisnis berulang kepada perusahaan dan menjadi saluran yang efektif bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan. Dengan demikian dalam jangka panjang produk perusahaan akan tetap disukai konsumen karena dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Perusahaan harus berorientasi pada kepuasan konsumen, baru setelah itu pada keuntungan, karena keuntungan merupakan efek samping dari kepuasan konsumen. Untuk itu suatu perusahaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggannya sebelum pelanggan meninggalkan perusahaan pindah keperusahaan pesaing. Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada kualitas suatu produk, jadi suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.

Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai berikut:


  1. Menurut Philip Kotler adalah: Tingkat perasaan seseorang setelah memban-dingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapan.
  2. Menurut day (dalam Tse dan Wilton, 1998) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian / diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya
  3. Menurut Engel (Engel, et al, 1990), bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Terdapat kesamaan diantara beberapa definisi diatas, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja dibandingkan dengan hasil yang dirasakan).
Refrensi : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Pembagian Fasies Gunung Api

Posted by Blogger Koetai Monday, 22 March 2010 0 comments
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone, dan Distal Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies. Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, yaitu CentralVent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies. Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan data:



Referensi : SUTIKNO BRONTO

Baca Selengkapnya ....

Petrologi

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
  1. Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
  2. Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
  3. Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya)
 
Jenis Batuan

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.

Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fasa dari material alami dan sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.


Referensi : Wikipedia

Baca Selengkapnya ....

Pengertian Geologi

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.


Lapisan Bumi


Ruang Lingkup Geologi
Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu :
1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi
2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi
3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup
4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi

Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan penyusun bumi dari permukaan sampai inti bumi. Geologi juga mempelajari benda-benda luar angkasa, dan bukan tak mugkin suatu saat nanti kita dapat mengetahui keadaan geologi bulan misalnya.

Cabang-cabang ilmu geologi
Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :
  1. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya.
  2. Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk deskripsi,klasifikasi dan originnya.
  3. Sedimentologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.
  4. Stratigrafi, yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan proses pembentukannya.
  5. Geologi Struktur, adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan proses pembentukannya.
  6. Palentologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi sejarah.
  7. Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan proses-proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
  8. Geologi Terapan, merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi Migas, Geologi Batubara,Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisila, Geothermal dan sebagainya.


Sumber : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Mekanisme Pembentukan Batuan Sediment Siliklastik Campuran (Mechanism of Mix-siliciclastic Forming)

Posted by Blogger Koetai Sunday, 21 March 2010 0 comments
Batuan sediment memang sangat menarik untuk dibahas. Selain bentuknya yang unik dan beragam serta jumlahnya yang melimpah di muka bumi (hampir 75% bagian kerak bumi terdiri atas batuan sedimen), proses proses yang terjadi juga sangatlah menarik untuk dibahas. Salah satu proses yang menarik adalah bagaimana sedimen sebagai penyusun batuan sedimen dapat terangkut dan diendapkan menjadi batuan sedimen. Pengklasifikasian batuan sedimen pada umumnya hanya membagi 2 kelompok besarnya saja yaitu batuan sedimen silisiklastik dan batuan sedimen karbonat. Padahal di lapangan sering juga dijumpai batuan sedimen yang mencirikan kedua batuan tersebut (mix siliciclastic sediment). Ada hal yang menarik dari keberadaan material campuran ini, dikarenakan keberadaan batuan sedimen karbonat terbatas pada lingkungan pengendapan tertentu, sementara proses pengendapan material silisiklastik ditinjau dari teksturnya menunjukkan karakteristik hidrodinamika tertentu.


Perpaduan keduanya memberikan kemungkinan interpretasi pembentukan pada lingkungan khusus dengan proses sedimentasi tertentu. Selama ini kebanyakan penulis lebih menekankan kepada penelitian salah satu aspek batuan (Zuffa, 1980) memberikan ilustrasi bahwa kebanyakan analisa yang dilakukan terhadap percampuran arenit masih tergantung kepada siapa yang bekerja pada obyek tersebut. Ahli petrologi karbonat menyatakan bahwa butiran karbonat terbentuk intrabasinal, kehadiran partikel karbonat pada arenit karbonat dianggap sebagai suatu “kecelakaan yang tidak menguntungkan”. Sementara itu ahli non-karbonat menyatakan bahwa arenit adalah batuan terrigen (darat) dan tidak mempertimbangkan kehadiran butiran karbonat baik ekstrabasinal maupun intrabasinal. Ahli ini menyatakan bahwa arenit terbagi menjadi 2 bagian yaitu: batupasir (arenit dengan kerangka terigen non karbonat) dan kalkarenit (arenit dengan kerangka karbonat intrabasinal). Adanya pemisahan yang tegas ini seakan-akan menutup kemungkinan percampuran karbonat dan arenit atau silisiklastik lain dengan suatu asumsi yang mengabaikan bagaimana sebenarnya proses terjadinya percampuran tersebut. Umumnya klasifikasi bertujuan untuk mengetahui proses dan genesa serta asal usul batuan, klasifikasi Mount (1985) ini masih menitikberatkan kepada deskriptif batuan secara murni, sementara untuk mengetahui lebih jauh harus didukung penelitian yang lebih lanjut. Klasifikasi silisiklatik umumnya lebih menitikberatkan pada tekstur material penyusun untuk mempertimbangkan genesa, sementara itu batuan karbonat mempunyai proses pembentukan yang sangat berbeda dengan batuan silisiklastik. Adanya percampuran material antara keduanya menimbulkan pertanyaan bagaimana sebenarnya proses pembentukan batuan tersebut bisa terjadi. Sebenarnya keberadaan sedimen campuran ini telah banyak disinggung oleh penulis-penulis terdahulu, akan tetapi tidak menjadikan sebagai klasifikasi tersendiri di luar sedimen karbonat dan silisiklastik. Grabau (1904), Vide Tucker (1991) membuat klasifikasi batuan karbonat yang didasarkan pada ukuran butir menjadi kalsirudit (kebanyakan butiran > 2 mm), kalkarenit (kebanyakan butiran berukuran 2 mm sampai 60 μm) dan kalsilutit (kebanyakan butiran lebih kecil dari 60 μm). Klasifikasi ini secara implicit memungkinan tercampurnya butiran tidak saja dari karbonat namun juga dari silisiklastik sehingga klasifikasi yang dikenalkan Grabau ini lebih dikenal dengan klasifikasi untuk batugamping klastik. Sementara itu klasifikasi yang dikenalkan Folk (1962) vide Tucker (1991) didasarkan pada komposisi sedangkan klasifikasi Dunham (1962) memisahkan batugamping berdasarkan pada teksturnya.

Kebanyakan batuan sedimen karbonat tidak tahan terhadap proses pelarutan sehingga mudah mengalami rekristalisasi yang menyulitkan interpretasinya. Wright (1992) menyebutkan bahwa tipe diagenesa ada yang bersifat menghilangkan dan ada yang tidak menghilangkan tekstur sebelumnya. Tipe yang bersifat menghilangkan ini termasuk batugamping dan dolomite yang kemas aslinya dipastikan telah hilang sehingga akan sulit untuk mengetahuinya. Walaupun sinyalemen Wright ini untuk klasifikasi murni batugamping, namun seperti kita ketahui bahwa yang menyebabkan hilangnya tekstur adalah proses diagenesa yang hampir pasti terjadi pada batugamping baik murni maupun campuran, sedangkan kemudahan diagenesa ini karena tingginya tingkat kelarutan dari kalsium karbonat. Dengan adanya pelarutan pada batuan sedimen campuran sangat dimungkinkan material karbonat yang berupa Kristal atau penambahan semen akan terjadi, hal ini tentu akan menambah kelimpahan material karbonat pada batuan sediment campuran. Pembicaraan mengenai diagenesa ini belum banyak disinggung pada klasifikasi sedimen karbonat murni seperti klasifikasi Folk (1962) atau Dunham (1962) maupun klasifikasi sedimen campuran Mount (1985). Klasifikasi Mount merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya sedimen campuran memiliki 4 komponen, yaitu :
-Silisiklastik sand (kuarsa, feldspar dengan ukuran butir pasir).
- Mud, yaitu campuran silt dan clay. 
- Allochem, batuan karbonat seperti pelloid, ooid dengan ukuran butir > 20 mikrometer.
- Lumpur karbonat / mikrit, berukuran < 20 mikrometer. 
Menurut Mount (1984), ada 4 kemungkinan terjadinya proses percampuran batuan sedimen silisiklastik dengan batuan karbonat di lingkungan paparan (shelf), yaitu campuran sela (punctuated mixing), percampuran fasies (fasies mixing), percampuran in situ (in situ mixing), dan percampuran batuan induk (source mixing). Campuran sela terjadi karena adanya peristiwa arus badai secara sporadis dan besar yang mengendapkan suatu jenis batuan sedimen dari suatu lingkungan ke dalam lingkungan pengendapan batuan yang lain dalam jumlah yang cukup banyak, misalnya ada arus badai yang secara cepat memindahkan endapan silisiklastik dekat garis pantai menuju lingkungan yang lebih dalam tempat terbentuknya batuan karbonat. Proses ini dicirikan oleh adanya shell bed yang merupakan lapisan yang mebngandung intraklas-intraklas cangkang dalam jumlah yang melimpah.

Campuran fasies terjadi mengikuti hukum Walther, yaitu perubahan stratigrafi secara vertical akan dijumpai secara lateral. Bila secara lateral terjadi perubahan secara gradual dari batuan karbonat menjadi silisiklastik, maka secara vertical perubahan tersebut akan dijumpai juga. Percampuran yang terjadi pada batas-batas facies antara darat dan laut. Suatu kondisi fasies darat berangsur-angsur berubah menjadi fasies laut memungkinkan untuk terjadinya pencampuran silisiklastik dan karbonat.Campuran fasies ini sangat mungkin terjadi di daerah perbatasan terumbu depan (fore-reef), terumbu belakang (back-reef), dan lingkungan antar terumbu (inter-reef). Kemungkinan perubahan fasies terjadi juga di sayap paparan terumbu dimana dataran pantai dan silisiklastik dekat garis pantai saling menjari dengan karbonat subtidal yang lebih dalam, dan perubahan fasies di daerah gumuk pantai dengan dataran pasang surut (tidal flat) dimana karbonat menerima pasokan material silisiklastik dari eolian.

 


Campuran in situ banyak terjadi lingkungan paparan (shelf) silisiklastik yang secara menerus juga menghasilkan sedimen karbonat. Sedimen karbonat ini merupakan sedimen autochton dan paraautochton dari organism karbonatan. Campuran ini biasa terjadi di lingkungan semi pasang surut (subtidal) dimana kandungan lumpur dari darat cukup dominan. Sementara itu campuran batuan induk terjadi pada situasi yang sangat jarang terjadi di alam, yaitu bila terjadi pengangkatan batuan karbonat yang selanjutnya diangkut dan diendapkan pada lingkungan yang dominan batuan silisiklastik. Pada kenyataannya erosi dan pelarutan batuan karbonat jarang yang menghasilkan butiran, dan bila menghasilkan butiran biasanya langsung larut selama proses transportasi karena tingkat resistennya yang rendah. Jadi meskipun secara teoritis percampuran ini dapat terjadi, namun fakta yang didapatkan sangat jarang dijumpai.
Source mixing, proses percampuran ini terjadi karena adanya pengangkatan batuan ke permukaan sehingga batuan tersebut dapat tererosi. Hasil erosi batuan karbonat tersebut kemudian bercampur dengan material silisiklastik.


 
Salah satu contoh batuan silisiklastik campuran berupa batupasir karbonatan di Washington 

Referensi : Sangga Rima Roman Selia

Baca Selengkapnya ....

Peta Geologi dan Peta Lainnya

Posted by Blogger Koetai 0 comments
Definisi
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pengertian Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Kemudian pengertian Geologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Jadi dapat kita simpulkan definisi Peta Geologi adalah Gambaran atau bentuk dengan melalui ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala (SNI_4691_1998).

Jenis-Jenis Peta Geologi Dan Peta-Peta Yang Berkaitan Dengannya
  • “Peta geologi permukaan”, atau “peta rincian” (surface geological map) memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Tetapi umumnya dasar pelapukan tidak dicantumkan (peta yang ditutupi). Skalanya adalah 1 : 50.000 atau lebih besar. Peta ini berguna dalam menentukan lokasi bahan-bahan bangunan (pasir dan kerikil), drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang dan jalan, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan skala yang digunakan untuk peta, seringkali dianjurkan pemboran yang tidak tertalu dalam, penggalian sumur uji (test pits), dan sebagainya untuk pengontrolan atau penetapan pada titiktitik yang kritis.
  • Peta pengungkap atau peta ungkapan (outcrop map). Umumnya berskala besar. Yang dicantumkan hanyalah tempat ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dan pemboran dan sebagainya beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan untuk menentukan di mana misalnya material untuk pecahan batu dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
  • “Peta ikhtisar geologis”. Umumnya berskala sedang atau kecil, 1 : 100.000 atau lebih kécil. Peta ini tidak saja memberikan pengamatan langsung terhadap formasi-formasi yang telah tesingkap, akan tetapi ada kalanya pula ekstrapolasi atas daerah-daerah yang beberapa formasinya misalnya diliputi oleh lapisan holosen.
  • “Peta struktur”, berskala sedang hingga besar. Peta ini adalah peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu, yang berada di dalam tanah-bawah.
  • “Peta isopach”, berskala sedang hingga besar, di mana garis-garis menghubungkan titik-titik yang sama tebal dan sebuah formasi atau lapisan (dengan demikian konfigurasi struktural tidak kita temukan di dalamnya).
  • Peta-peta yang dibuat berdasarkan foto udara, disebut “peta fotogeologi”. Pada umumnya, foto udara diambil vertikal ke bawah. Titik potong sumbu optic-negatif dalam kamera (yakni permukaan bumi dalam keadaan yang sebenarnya) disebut “titik utama”, yaitu pusat proyeksi. Lewat pengimpitan foto-foto, terdapat kemungkinan dilakukannya studi stereoskopik ; antara lain paralaks, pengukuran selisih ketingggian, pembuatan kontur. Foto udara (stereoskopik) dapat memberikan gambaran topografis yang sangat baik, yang sesuai untuk perencanaan jalan, bendungan, dan sebagainya, mengenali daerah longsoran tanah, teras sungai, tepi atau alur sungai tua di daerah rawa, dan sebagainya. Di daerah di mana geologi tidak banyak dikenal orang, foto udara digunakan pula untuk orientasi geologi.
  • “Peta hidrogeologi”. Kebanyakan negara barat sedang sibuk menyusun sejumlah peta yang menyangkut keadaan air tanahnya. Sebuah peta-ikhtisar internasional berskala kecil tentang Eropa oleh UNESCO berskala 1 : 1.500.000 hanya membedakan daerah yang mengandung air-tanah dalam batuan primer yang berpori, batuan sekunder yang berpori (daerah karst), dan di mana tidak terdapat air-tanah dalam jumlah yang berarti (dataran tinggi). Dengan dernikian peta ini kurang menarik bagi seorang insinyur. Seorang insinyur harus dapat berorientasi mengenai kemungikinan muatan air yang berlebih atau mengenai keberadaan air yang dapat digunakan dan sebagainya, tergantung pada sifat proyek yang bersangkutan.
Peta-peta Yang Berkaitan Dengannya
Dilihat dari fungsinya peta yang berkaitan langsung dengan Peta Geologi adalah Peta Topografi, karena peta ini berguna pada tahap awal survey lokasi untuk mengetahui keadaan alam tempat akan didirikannya suatu bangunan. Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi rendahnya) permukaan bumi. Dalam peta topografi digunakan garis kontur (countur line) yaitu garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Kelebihan peta topografi :
a. Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat.
b. Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng.

Sumber : Bahan Kuliah

Baca Selengkapnya ....

Ring Of Fire (Cincin Api)

Posted by Blogger Koetai Friday, 19 March 2010 0 comments
Proses kompresi pada tektonik lempeng menghasilkan jalur penunjaman (subduksi), Subduksi membentuk pelelehan sebagian di sepanjang zona benni off membentuk magma, Magma selanjutnya terakumulasi di bawah permukaan bumi di depan jalur subduksi. Sebagian magma yang menjangkau sampai ke permukaan membentuk gugusan gunungapi. Jalur di sepanjang zona subduksi dan jalur gunungapi disebut ring of fire (cincin api).


Ring Of Fire


Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.


Referensi :
- Bahan Kuliah 


Baca Selengkapnya ....